Kamis, 25 Juni 2015

Makanan, Kesenian, dan Ciri Khas Kediri

Makanan Khas Kediri


Saat anda singgah di Kota Kediri Jawa Timur kurang lengkap bila tidak mencicipi dan membawa pulang oleh-oleh khas yang menjadi cita rasa kota santri ini. Yaitu Gethuk Pisang. Makanan ini sangat familiar bagi masyarakat di sejumlah daerah karena sudah menjadi ikon kuliner Kota Kediri.
Kendati hingga sekarang asal-usul pembuat Gethuk Pisang belum diketahui secara pasti, namun tradisi pembuatan Gethuk Pisang diyakini sudah berlangsung turun-temurun dan diwariskan lintas generasi. Gethuk Pisang asli Kota Kediri memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri.Tidak seperti lazimnya gethuk, semisal gethuk Magelang yang dikemas dengan plastik atau kertas karton. Gethuk Pisang Kota Kediri kemasannya menggunakan daun pisang, layaknya lemper atau lontong.
Daun pisang dipilih sebagai pembungkus karena dipercaya mampu menjaga aroma serta cita rasanya agar lebih tahan lama.
            Sesuai dengan namanya, Gethuk Pisang bahan pokoknya dari buah pisang. Dibentuk bulat lonjong dengan panjang antara 15  sampai 20 cm dan diameter antara 5 sampai 8 cm. Warnanya merah kecoklatan, kenyal tidak terlalu lembek dan juga tidak begitu keras. Cara membuatnyapun terbilang cukup sederhana.Biasanya dipilih pisang raja nangka yang masih setengah matang. Keistimewaan pisang raja nangka (dalam mitologi dikenal sebagai pisang sajian khusus untuk raja-raja) adalah aromanya yang khas, yakni perpaduan antara rasa asam dan manis alami.
Setelah dikupas, pisang dikukus selama 5 sampai 6 jam hingga warnanya berubah menjadi merah kecoklatan. Kemudian dihaluskan dengan cara ditumbuk hingga menjadi adonan. Dalam prosesnya adonan untuk ukuran satu panci diberi empat sendok gula pasir yang sudah dihaluskan. Ini dimaksudkan untuk menambah rasa manis Gethuk Pisang. Kemudian untuk mengaluskan adonan tersebut digunakan mesin pengaduk khusus seperti mixer ukuran jumbo.Biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit.
Langkah selanjutnya adonan diambil kira-kira satu genggaman tangan orang dewasa dan ditaruh di atas daun pisang yang sudah disiapkan sebelumnya. Lalu dibungkus dengan cara digulung secara vertikal dan kemudian disematkan batang lidi pada kedua ujungnya sebagai penahan agar tidak lepas. Jadilah Gethuk Pisang yang dijamin sanggup membuat lidah anda ketagihan. Inilah resep pembuatanGethuk Pisang asli Kota Kediri yang membedakannya dengan jenis Gethuk yang lain. Karena alami tanpa tambahan zat apapun termasuk bahan pengawet,Gethuk Pisang Kota Kediri hanya bisa bertahan maksimal dua hari pada suhu 30 – 35 0C. Tetapi bisa bertahan empat sampai lima hari jika disimpan di lemaripendingin.
Untuk mendapatkan Gethuk Pisang di Kota Kediri anda tidak akan kesulitan karena dapat ditemukan di berbagai sudut Kota Kediri. Mulai dari pedagang asongan, kios-kios mungil di pinggir jalan, hingga pertokoan pusat oleh-oleh. Untuk sepotong Gethuk Pisang dijual mulai dari Rp. 5000,-  .
Bagi masyarakat Kota Kediri, membuat atau memproduksi Gethuk Pisang biasanya dijadikan sebagai usaha industri rumahan (home industry). Salah satunya adalah Cak Din, warga yang tinggal di Jl. Karanganyar No.45 RT.03/RW.01 Dusun Karanganyar Kelurahan Ngronggo Kecamatan Kota Kediri.Menurut Cak Din dia telah menggeluti jenis usaha home industry ini sejak tahun 2002, Menurutnya usaha atau bisnis Gethuk Pisang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Hingga saat ini Cak Din sanggup menghidupi keluarganya dari usaha gethuk ini. Bahkan dia bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar tempat tinggalnya. Home Industry Gethuk Pisang milik Cak Din ini juga telah terdaftar pada DEPKES RI No. 130/13.04/94 dengan brand Citra Baru. Pasokan Gethuk Pisang Cak Din tersebar di hampir seluruh daerah, mulai dari pertokoan di sepanjang Jalan Pattimura dan Yos Sudarso dan di lingkup Kota Kediri, hingga merambah daerah perbatasan Kediri seperti Gurah, Pare, Kras, Ngantru, Kandat, Sambi, Papar, Kertosono, dan lain sebagainya.
     Jika anda sudah mengetahui cara membuatnya, tidak ada salahnya mencoba kiat sukses Cak Din usaha Gethuk Pisang sebagai peluang bisnis baru di daerah Anda sendiri. Saran saya, datanglah ke Kota Kediri, nikmati kelezatannya, pelajari resepnya, dan jadikan peluang usaha untuk Anda!!! Selamat mencoba!!!

Budaya Khas Kediri
Kesenian Jaranan menyuguhkan berbagai atraksi menarik yang kadang mampu membangkitkan rasa takjub. Atraksi gerak pemain dengan diiringi tabuhan gamelan serta sesekali diselingi unsur magis menjadikan kesenian ini layak ditonton.
Di Kabupaten Kediri terdapat beberapa kesenian Jaranan yang dapat dinikmati diantaranya Jaranan Senterewe, Jaranan Pegon, Jaranan Dor, dan Jaranan Jowo. Jaranan Jowo merupakan salah satu kesenian Jaranan yang mengandung unsur magis dalam tariannya. Dimana pada puncaknya penari akan mengalami TRANCE (kesurupan) dan melakukan aksi berbahaya yang terkadang di luar
akal manusia.

Sedangkan Jaranan Dor, Jaranan Pegon, dan Jaranan Senterewe lebih mengedepan kan kreatifitas gerak dengan iringan musik yang dinamis. Jaranan Senterewe merupakan jaranan yang digemari, karena dalam penampilannya selalu disertai hiburan lagu-lagu yang bernada diatonis. Seluruhkesenianjaranandi Kabupaten Kediri berada di bawah naungan Paguyuban Seni Jaranan (PASJAR) Kabupaten Kediri. Pemakeman Jaranan Kediri mengalami kendala karena hampir di setiap daerah terdapat kesenian ini, terutama daerah sekitar kediri, namun berbeda gerakanya.
Sejarah Jaranan, sebenarnya menggambarkan cerita masa lalu, ketika Raja Bantar Angin, seorang raja dari Ponorogo bermaksud melamar Dewi Songgo langit, putri cantik dari kerajaan Kediri, atau yang biasa disebut juga dengan Dewi Sekartaji atau Galuh Candra Kirana. Konon menurut cerita, karena wajahnya jelek, Raja Bantar Angin akhirnya menyuruh Patihnya, yang bernama Pujangga Anom, seorang patih yang dikenal sangat tampan. Agar Dewi Sekartaji tidak tertarik dengan Patih Pujangga Anom, Raja Bantar Angin memintanya memakai sebuah topeng buruk rupa. Lalu Patih Pujangga Anom, datang ke kerajaan Kediri, menyampaikan maksud rajanya.
Putri Sekartaji, yang mengetahui Patih Pujangga Anom mengenakan topeng, merasa tersinggung, lalu menyumpahi agar topeng tersebut, tidak bisa dilepas seumur hidup. Raja Bantarangin, akhirnya datang sendiri ke Kerajaan Kediri. Sebagai gantinya, Dewi Songgo langit meminta 3 persyaratan. Jika Raja Bantarangin bisa memenuhi, dirinya bersedia diperistri. Tiga syarat tersebut, binatang berkepala dua, 100 pasukan berkuda warna putih, dan alat musik yang bisa berbunyi jika dipukul bersamaan. Sayangnya, Raja Bantarangin, hanya bisa memenuhi 2 dari 3 persyaratan tersebut, 100 kuda warna putih yang digambarkan dengan kuda lumping, alat musik yang bisa dipukul bersamaan yakni gamelan. Sehingga, terjadi pertempuran diantara keduanya. Kerajaan Kediri, datang dengan membawa pasukan berkuda, yang kini digambarkan sebagai jaranan, sementara Kerajaan Ponorogo membawa pasukan, yang kini digambarkan sebagai kesenian Reog Ponorogo.
Di perjalanan, terjadi pertempuran. Raja Ponorogo yang marah, membabat macan putih yang ditunggani patih kerajaan Kediri, dengan cambuk samandiman, hingga akhirnya melayang ke kepala salah satu kesatria dari Ponorogo. Bersamaan dengan kejadian tersebut, seekor burung merak, kemudian juga menempel dikepala kesatria tersebut, sehingga ada kepala manusia yang ditempeli kepala macan putih dan merak, ini yang sekarang disimbolkan reog Ponorogo. Bahkan, dalam tarian reog, semua penari juga membawa cambuk. Sementara dalam kesenian jaranan, menggambarkan pasukan berkuda Dewi Sekartaji yang hendak melawan Raja Ponorogo. Barongan, Celeng dan atribut didalamnya, sebagai simbol, selama dalam perjalanan menuju Ponorogo yang melewati hutan belantara, pasukan juga dihadang berbagai hal, seperti naga, dan hewan hewan liar lainnya.

Ciri Khas Kediri
Logat Kedirian

Begitu juga Kediri, ada beberapa logat/kata-kata khas kediri antara lain :
·        “Peh” – e sepertihuruf e pada kata Teh. Walaupun “Peh” bukan monopoli Kediri, karena di daerah karisidenan kediri seperti Nganjuk, Tulungagung terkadang jugadijumpailogatini.
Contohpenggunaan “peh” :Peh, Dani ngguuuaya saiki, wis sugihgagelemaruh-aruh.
·        “Nda”, kata inisering digunakan sebagai sapaan aja.
Misalkan: PiyeKabare Ndaa? ataudigabungkandengan“peh” :


Peh, Gunungkeluduuuapik nda.Duluketikakuliah di Malang mahasiswa asal kediri sering disindir dengan sebutan “Peh” icon smile Logat Bahasa Khas Kediri
Sama-sama Jawa beda Logat Inilah Indonesia raya, walaupun sama-sama jawa memakai bahasa Jawa, logatmasihberbeda.


Logat Jawatimuran


Logat relatif kasar terutama Surabaya dan Malang yang mempunyai logat hampir sama. bahasa jawa yg digunakan kebanyakan Ngoko. Yang khas dari logat jawa timuran adalah untuk beberapa kata sifat dipanjangkan untuk menunjukkan lebih ata super. Misal ketika melihat bakso yg besar orang jatim bilang “baksone guuuedhi”, “omaheUuuadoh”.



    

Sumber :http://ulfalaili1.blogspot.com/2014/10/getuk-pisang-khas-kediri.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar